Kata Pengantar
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang
dilimpahkan kepada saya sehingga makalah tentang Komposisi Cairan Infus ini
dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai penyempurna tugas pada mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan II. Makalah ini disusun juga sebagai bahan acuan dan tambahan
pengetahuan kita tentang Komposisi Cairan Infus, sehingga kita dapat mengetahui
betapa pentingnya cairan infus untuk tubuh.
Terima kasih saya sampaikan kepada Dosen Pembimbing, yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menularkan pengetahuan saya kepada para pembaca.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah tentang Komposisi Cairan Infus ini
masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak baik
itu ibu Dosen Pembimbing kami maupun para pembaca sangat diharapkan demi
lengkapnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
terutama bagi pembaca.
Terima kasih.
Serang,
25 November 2013
Daftar Isi
Halaman Judul.....................................................................................................................
Kata Pengantar.................................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................................. 2
BAB I
: Pendahuluan.............................................................................................. 1
1.
Latar
Belakang.............................................................................................................. 1
2.
Tujuan 1
3.
Manfaat......................................................................................................................... 1
BAB II
:
Pembahasan................................................................................... 2
1. Pengertian 2
2. Tujuan
Komposisi cairan infus 2
3. Berbagai
regimen infus.................................................................................................. 2
4. Jenis-jenis
cairan infus................................................................................................... 6
5. Tujuan pemasangan
infus.............................................................................................. 11
6. Pasien yang harus di
infus............................................................................................. 11
7. Daerah pemasangan
infus.............................................................................................. 12
8. Prinsip pemasangan
infus.............................................................................................. 12
9. Prosedur pemasangan
infus........................................................................................... 13
BAB III
:
Penutup...................................................................................................... 14
1.
Kritik............................................................................................................................. 14
2.
Saran.............................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemberian cairan melalui infus
merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada
pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan. Infus merupakan tindakan yang dilakukan pasien dengan cara memasukan
cairan melalui intra vena dengan bantuan infus set, dengan tujuan memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
nutrisi parenteral.
Sesuatu yang masuk ke dalam
tubuh, memiliki kandungan atau komposisi yang harus sesuai tubuh manusia.
Pemberian ini tidak boleh salah, karena bisa berakibat fatal. Misalnya saja
flebitis. Flebitis adalah radang dinding vena. Oleh sebab itu, kita sebagai perawat
terlebih dahulu harus bisa memahami komposisi dari tiap- tiap infus. Dengan
adanya kita mengenali, maka kecelakaan terhadap perawat kepada pasien. Hal
inilah akan dibahas secara menyeluruh.
1.2 Tujuan
Untuk menjelaskan
tentang komposisi cairan infus kepada semua tenaga medis, terutama perawat agar
lebih mengenal secara mendalam tentang komposisinya.
1.2
Manfaat
· mengetahui pengertian komposisi dan
infus
· mengetahui tujuan komposisi cairan
infus
· mengetahui berbagai regimen
· mengetahui jenis- jenis cairan infus
BAB 2
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Apa
sih sebenarnya air infus ( aquades destilata ) itu ? Air infus adalah air yang
dimurnikan. Air infus adalah air yang diperoleh dari hasil penyulingan. Jadi
air infus adalah air yang dimurnikan lewat proses penyulingan atau infus adalah
Pemberian
cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus.
2. Tujuan
Komposisi Cairan Infus
Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makanan.
3.
Berbagai
Regimen Infus
Pada pasien trauma akibat
kecelakaan lalu lintas atau karena sebab lainnya, kita sering menjumpai
keadaan syok hipovolemik alias suatu kondisi dimana terjadi kehilangan cairan
darah dengan cepat dalam jumlah yang cukup banyak sehingga komponen darah yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen ke organ organ tidak lagi adekuat,
menyebabkan gangguan perfusi pada jaringan dan berkontribusi terhadap
metabolisme anaerob dan akumulasi asam laktat.
Namun, maha besar Allah selalu
ada upaya homeostasis untuk melindungi terlebih dahulu organ yang dianggap
penting yaitu otak dan jantung, dengan cara vasokonstriksi dan mengorbankan
perfusi di ginjal, otot, usus, dan kulit.
Kasus kematian pada syok
hemoragik disebabkan sebagai hasil dari pola perfusi dan hipoksia jaringan yang
progresif juga karena asidosis. Berbagai regimen yang kita kenal untuk
penanganan resusitasi cairan yaitu diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole
blood dan komponen-komponen darah.
a.
Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah
larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, yang tidak mengandung molekul
besar. Dalam waktu yang singkat, kristaloid sebagian besar akan keluar dari
intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak ( 3:1 dengan
volume darah yang hilang). Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke
interstitial berlangsung selama 30-60 menit, dan akan keluar sebagai urin dalam
24-48 jam. Secara garis besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume
ekstrasel, tanpa peningkatan volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan
kristaloid yang tersedia, namun NaCl 0,9% dan Ringer laktat adalah pilihan
pertama yang paling masuk akal.
· NaCl 0,9%
Keuntungannya yaitu murah
dan mudah didapat, cairan infus ini juga kompatibel untuk dicampurkan dengan
produk-produk darah dan merupakan pilihan yang terbaik untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat
berkontribusi menyebabkan asidosis hipercloremik ketika resusitasi cairan
jumlah besar diperlukan. (untuk menggantikan setiap liter volume darah,
maka kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi perbandingan cairan ini
dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.
·
Ringer Laktat
Keuntungannya: murah dan mudah
didapat, memiliki komposisi isotonis yang lebih fisiologis dengan cairan tubuh,
menghasilkan pergantian elemen kalsium dan pottasium, ion sodium dan chlor yang
dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak
kompatibel terhadap produk-produk darah, kandungan Ca pada Ringer laktat dapat
mengaktifasi cascade koagulasi pada produk-produk darah, serta kandungan laktat
dalam infus ringer laktat ini juga dapat memperburuk koreksi terhadap metabolik
asidosis yang sedang berlangsung.
·
Dextrose atau glukosa
Tidak di indikasikan untuk
pasien trauma karena memilki potensi bahaya. Stress sebagai respon yang dipicu
oleh trauma mayor atau pembedahan sering menyebabkan kadar gula darah
meningkat. Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak selama
resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor perancu
terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat menyebabkan
hiperglikemi pada pasien trauma. Namun glukosa dapat digunakan sebagai cairan
maintainance selama fase post resusitasi.
b. Cairan Koloid
Penggunaan cairan koloid intra
vena pada penanganan trauma masih kontroversi. Pada jaman perang
dulu, koloid yang digunakan hanyalah albumin dan plasma. Namun sekarang,
dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan darah. Koloid mengandung
molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma, tinggal dalam
intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6 jam), sehingga
volume yang diberikan sama dengan volume darah. Kekurangan dari koloid yaitu
mahal.
Koloid mempunyai kelebihan
yaitu dapat menggantikan dengan cepat dan dengan volume cairan yang lebih
sedikit,ekspansi volume plasma lebih panjang, dan resiko edema pheripheral
kecil. Secara umum koloid dipergunakan untuk :
Ø Resusitasi cairan pada
penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik) sebelum transfusi
tersedia
Ø Resusitasi cairan pada
hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.
4.
Jenis-
Jenis Cairan Infus
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik,
dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap
liter asering mengandung:
·
Na 130
mEq
·
K 4 mEq
·
Cl 109
mEq
·
Ca 3
mEq
·
Asetat
(garam) 28 mEq
Keunggulan:
·
Asetat
dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan
hati
·
Pada
pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding
RL pada neonatus
·
Pada
kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan
isofluran
·
Mempunyai
efek vasodilator
·
Pada
kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk
edema serebral.
KA-EN 1B
Indikasi:
·
Sebagai
larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi
(dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
·
< 24
jam pasca operasi
·
Dosis
lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
·
Bayi
prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN
3A & KA-EN 3B
Indikasi:
·
Larutan
rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan
kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
·
Rumatan
untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
·
Mensuplai
kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
·
Mensuplai
kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi
:
·
Larutan
rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan
kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
·
Rumatan
untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
·
Mensuplai
kalium 20 mEq/L
·
Rumatan
untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi
:
·
Merupakan
larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
·
Tanpa
kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
·
Tepat
digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
·
Na 30
mEq/L
·
K 0
mEq/L
·
Cl 20
mEq/L
·
Laktat
10 mEq/L
·
Glukosa
40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
·
Merupakan
larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
·
Mensuplai
8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
·
Tepat
digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
·
Na 30
mEq/L
·
K 8
mEq/L
·
Cl 28
mEq/L
·
Laktat
10 mEq/L
·
Glukosa
37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
· Untuk resusitasi
· Kehilangan Na > Cl, misal diare
· Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis
diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
·
Resusitasi
·
Suplai
ion bikarbonat
·
Asidosis
metabolic
MARTOS-10
Indikasi:
·
Suplai
air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
·
Keadaan
kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,
stres
berat dan
defisiensi protein
·
Dosis:
0,3 gr/kg BB/jam
·
Mengandung
400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
·
Stres metabolik berat
·
Luka bakar
·
Infeksi berat
·
Kwasiokor
·
Pasca operasi
·
Total Parenteral Nutrition
·
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
·
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
·
Penderita GI yang dipuasakan
·
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma
dan pasca operasi)
·
Stres metabolik sedang
·
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
·
Suplai
asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik
ringan
·
Nitrisi
dini pasca operasi
·
Tifoid
5. Tujuan pemasangan infus
- Mempertahankan atau
mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit, vitamin, protein
lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui
oral
- Memperbaiki keseimbangan
asam basa
- Memperbaiki volume
komponen-komponen darah
- Memberikan jalan masuk
untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
- Memonitor tekan Vena
Central (CVP)
- Memberikan nutrisi pada
saat system pencernaan di istirahatkan.
6. Pasien yang harus di infus
Pasien
seperti apa yang harus dilakukan pemasangan infus?
- Keadaan emergency (misal
pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam
Intra Vena
- Untuk memberikan respon
yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid, digoxin)
- Pasien yang mendapat
terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui Intra vena
- Pasien yang membutuhkan
pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
- Pasien yang mendapatkan
tranfusi darah
- Upaya profilaksis
(tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan
risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
- Upaya profilaksis pada
pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan
cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
- Untuk menurunkan
ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi
intramuskuler.
7. Daerah pemasangan infus
Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemasangan
infus dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui
intravena yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat, dehidrasi,
dan syok.
Vena bagian mana saja yang
boleh dipasang infus?
Pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan
ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika
basilica dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau pada vena yang
ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis ( khusus untuk anak-anak).
Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah
yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran
balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau
kerusakan kulit.
8. Prinsip pemasangan infus
Prinsip
pemasangan infus
Prinsip
pemasangan infus pada pediatric (anak)
- Karena vena klien sangat
rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan atau digeser dan
gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk kalau perlu)
- Vena-vena kulit kepala
sangat mudah pecah dan memerlukan perlindunga agar tidak mudah mengalami
infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus dan bayi)
- Selalu memilih tempat
penusukan yang akan menimbulkan pembatasan yang minimal
Prinsip
pemasangan infuse pada lansia
- Pada klien lansia, sedapat
mungkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran
kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran darah lebih
lancar sehingga hemodilusi cairan intravena atau obat-obatan akan meningkat.
- Kestabilan vena menjadi
hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan subkutan lansia
hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit di bawah tempat
insersi
- Penggunaan sudut 5 – 15 °
saat memasukkan jarum akan sangat bermanfaat karena vena lansia lebih
superficial
- Pada lansia yang memiliki
kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan kulit dengan meminimalkan
jumlah pemakaian plester.
9. Prosedur pemasangan infus
Alat
yang harus disiapkan:
- Standar infuse
- Set infuse
- Cairan sesuai program
medic
- Jarum infuse dengan
ukuran yang sesuai
- Pengalas
- Torniket
- Kapas alcohol
- Plester
- Gunting
- Kasa steril
- Betadin
- Sarung tangan
Prosedur
kerja:
- Jelaskan prosedur
yang akan dilakukan
- Cuci tangan
- Hubungkan cairan dan infus
set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infuse
- Isi cairan ke dalam set
infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem
slang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang keluar
- Letakkan pangalas di bawah
tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan
- Lakukan pembendungan
dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cmdi atas tempat penusukan dan
anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular ( bila sadar )
- Gunakan sarung tangan
steril
- Disinfeksi daerah yang
akan ditusuk dengan kapas alcohol
- Lakukan penusukan pada
vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi jarum (
abocath ) mengarah ke atas
- Perhatikan keluarnya darah
melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik keluar bagian dalam ( jarum
) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena
- Setelah jarum infus bagian
dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan
menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus
dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse
- Buka pengatur tetesan dan
atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
- Lakukan fiksasi dengan
kasa steril
- Tuliskan tanggal dan waktu
pemasangan infus serta catat ukuran jarum
- Lepaskan sarung tangan dan
cuci tangan
BAB
3
PENUTUP
Kritik
Banyak pengetahuan tentang komposisi cairan infus di berbagai tempat, seperti
hal nya buku keperawatan, namun masih saja para perawat melakukan kesalahan
untuk memasukan ke dalam tubuh. Masalah seperti itu sangat fatal sekali
Saran
Mencari dan mempraktekkan
pengetahuan yang banyak, terutama komposisi cairan infus. Dengan kita
mengetahui semua, maka akibat kecelakaan di semua tempat terutama rumah sakit
tidak terulang lagi. Dan pasien menjadi lebih baik dalam penanganan kepada
perawat. Dengan adanya makalah ini, saya harapkan para perawat menjadi paham
dan mengerti
DAFTAR
PUSTAKA